ANALISIS PROGRAM IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI  SEKOLAH (GLS) DI SMA SANTA MARIA 1 BANDUNG

Abstrak

Keterampilan berliterasi merupakan salah satu keterampilan dasar di abad 21. Keterampilan ini menjadi dasar keterampilan lainnya, seperti kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan keterampilan berliterasi siswa. Salah satu bentuk programnya adalah pembiasaan membaca 10-20 menit sebelum pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan program GLS di sekolah, kendala, dan masukan terkait perbaikan pelaksanaan program GLS. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi Goal-Based Evaluation dalam menganalisis program GLS. Responden dari penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Santa Maria 1 yang bersedia mengisi google-form yang berisi angket terkait pelaksanaan GLS. Hasil  evaluasi menunjukkan bahwa 100% mengatakan program GLS sudah dilaksanakan di sekolah responden, pelaksanaan pembiasaan membaca 10-20 menit di sekolah sudah sesuai tujuan nasional, dan 100% responden menyarankan kegiatan ini harus dilanjutkan dengan berbagai masukan.

Kata kunci: Gerakan Literasi Sekolah; Pembiasaan; Goal-Based Evaluation

 

Abstract

Literacy skills are one of the basic skills in the 21st century. This skill is the basis for other skills, such as the ability to understand information analytically, critically and reflectively. The School Literacy Movement (GLS) is one of the government’s efforts to improve students’ literacy skills. One form of the program is the habit of reading for 10-20 minutes before learning. This research aims to determine the implementation of the GLS program in schools, obstacles, and input regarding improvements to the implementation of the GLS program. This research uses the Goal-Based Evaluation method in analyzing the GLS program. The respondents of this research were all students at SMA Santa Maria 1 who were willing to fill out a Google Form containing a questionnaire related to the implementation of GLS. The evaluation results showed that 100% said the GLS program had been implemented in the respondent’s school, the implementation of the 10-20 minute reading habit in schools was in line with national goals, and 94.4% of respondents suggested that this activity should be continued with various inputs.

 

Keywords: School Literacy Movement; Habituation; Goal-Based Evaluation

 

PENDAHULUAN

Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi sangat diperlukan oleh pemangku kepentingan di dunia pendidikan, utamanya peserta didik. Kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif (Faizah et al., 2016). Akan tetapi, fakta pembelajaran di sekolah saat ini belum mampu mewujudkannya dengan baik. Tuntutan keterampilan abad 21 yang harus dikuasai dan pembelajaran di sekolah yang belum mampu menumbuhkan keterampilan atau kompetensi yang dibutuhkan menjadi dasar utama literasi harus dikembangkan.

Pada tingkat sekolah menengah pertama pemahaman membaca peserta didik Indonesia masih tergolong rendah. PISA 2018 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 74 negara peserta (OECD, 2018). Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan fungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berupaya menjadikan semua warganya menjadi terampil membaca untuk mendukung warga sekolah sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah pusat sebagai pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan gerakan literasi sekolah (GLS) yang melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan dari tingkat pusat sampai tingkat satuan pendidikan. Kegiatan ini juga harus mendapatkan dukungan dari pihak non-warga sekolah. Peran orang tua peserta didik, alumni, masyarakat, dunia usaha dan industri memiliki peran penting dalam keterlaksanaan program GLS (Faizah et al., 2016).

GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita) pemerintah pusat. GLS dikembangkan secara khusus sebagai bentuk implementasi Nawacita yang diagendakan Kemendikbud. Butir Nawacita yang dikembangkan atau sebagai landasannya adalah: meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; melakukan revolusi karakter bangsa; memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia (Simpul, 2017). Empat butir Nawacita tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan berdaya saing, berkarakter, serta nasionalis.

Salah satu implementasi GLS adalah pembiasaan membaca lima belas menit setiap hari. Lima belas menit merupakan jangkauan waktu paling efektif untuk membaca. (Dirjendikdasmen, 2016). Banyak sekali variasi implementasi GLS, ada yang menamainya jam membaca, jam literasi, ataupun lainnya. Pihak sekolah memberikan nama atau sebutan tertentu program ini dengan tujuan untuk menjadi suatu jargon yang mudah di ingat siswa bahwa sekarang adalah saatnya membaca.

Berbagai kendala muncul terkait implementasi GLS. Banyak siswa mengeluhkan ketidak disiplinannya pelaksanaan program ini, buku yang disediakan sekolah kurang variatif, ataupn beberapa hal lainnya. Sekolah memiliki peran penting untuk memaksimalkan gerakan ini. Pihak sekolah harus aktif memastikan keberlangsungan program-program GLS, melaksanakan monitoring dan evaluasi internal, berupaya membangun jejaring dengan pihak eksternal termasuk pelibatan publik dalam menggalang pelaksanaan GLS serta pencitraan GLS dengan berbagai acara, turut serta mengembangkan perpustakaan, sudut baca sekolah, dan bekerja sama dengan guru serta peserta didik untuk membangun sudut baca kelas; mengupayakan ekosistem sekolah yang literat sebagai berikut.

Evaluasi terkait efektifitas akan keterlaksanaan program GLS sangat penting dilakukan. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang nantinya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dan akurat dalam mengambil sebuah keputusan. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atau stakeholder tentang berbagai aspek yang terkait dengan pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Dan tanpa melakukan evaluasi, tidak mungkin dapat ditemukan informasi yang akurat mengenai kekurangan dan kelebihan program GLS yang telah dilaksanakan. Tentunya proses evaluasi dilaksanakan tidak hanya satu aspek saja, tetapi harus menyeluruh. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui informasi atau data-data yang akurat dan komprehensif tentang kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekuatan-kekuatan yang perlu dipertahankan sehingga tujuan yang direncanakan tercapai dengan baik.

Dalam proses pengimplementasikan suatu program, tentu mempunyai perbedaan dalam evaluasi. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan maksud dan tujuan dari suatu program. Ada berbagai macam model dalam mengevaluasi. Di sini peneliti menggunakan model evaluasi goal-based evaluation. Pendekatan ini relatif cepat untuk mengumpulkan informasi penting yang digunakan dalam perbaikan program yang sedang berjalan (Darodjat & Wahyudhiana, 2015). Pendekatan ini mungkin digunakan pada evaluasi sumatif yang berorientasi pada kesimpulan, tetapi pendekatan ini lebih dimaksudkan untuk digunakan dalam evaluasi formatif yang bertujuan untuk memperbaiki program. Begitu juga program GLS juga memerlukan  evaluasi secara lebih.

 

LANDASAN TEORI

Gerakan literasi sekolah (GLS) adalah salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dalam menghadapi abad 21. GLS dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Dirjendikdasmen, 2015). Sekolah sebagai pembelajaran literat adalah sekolah yang menyenangkan dan ramah anak di mana semua warganya menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan, cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya.

Tujuan adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah

  • Menumbuh kembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah.
  • Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
  • Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
  • Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan mengahdirkan  beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.Pendekatan evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah goal-based evaluation (Evaluasi berbasis tujuan). Evaluasi Berbasis Tujuan dikembangkan oleh Ralph W. Tyler. Tyler mendefinisikan evaluasi sebagai “ … the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized” (Brinkerhoff al, 1983). Evalausi merupakan proses menentukan sampai seberapa tinggi tujuan pendidikan sesungguhnya dapat dicapai.

Tyler menyebutkan bahwa penilaian pendidikan sebagai sebuah proses untuk menentukan sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan dari program sekolah atau kurikulum tercapai. Evaluasi berorientasi program dari Tyler ini didesain untuk menggambarkan sejauh mana tujuan program telah dicapai. Tyler menggunakan kesenjangan antara apa yang diharapkan dan apa yang berhasil diamati untuk memberikan masukan terhadap kekurangan dari suatu program. Pendekatan ini memfokuskan pada tujuan spesifik dari program dan sejauh mana prorgam ini telah berhasil mencapai tujuan tersebut.

Jenis evaluasi berbasis tujuan dirancang dan dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

  1. Mengindetifikasi Mengidentifikasi dan mendefinisikan tujuan atau intervensi, layanan dari program yang tercantum dalam rencana program. Objektif program kemudian dirumuskan dalan indikator-indikator kuantitas dan kualitas yang dapat diukur.
  2. Merumuskan tujuan menjadi indikator-indikator. Evaluator merumuskan tujuan program menjadi indikator-indikator kuantitatif dan kualitatif yang dapat
  3. Mengembangkan metode dan instrumen untuk menjaring data. Evaluator menentukan apakah akan menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif atau Mengembangkan instrumen untuk menjaring data.
  4. Memastikan progam telah berakhir dalam mencapai Layanan, intervensi darai program telah dilaksanakan dan ada indikator mencapai pencapaian tujuan, pengaruh atau perubahan yang diharapkan.
  5. Menjaring dan menganalisis data/informasi pencapaian program, atau pengaruh intervensi atau perubahan yang diharapkan dari pelaksanaan program dan membandingkan dengan objektif yang direncanakan dalam rencana program untuk menentukan apakah terjadi
  6. Mengambil keputusan mengenai

Keputusan dapat berupa; a) jika program dapat mencapai tujuannya sepenuhnya, program dilanjutkan atau dilaksanakan di daerah lain, b) Jika program berhasil dan masyarakat sudah tidak memerlukan lagi maka program dihentikan, c) Jika program gagal, tetapi masih diperlukan oleh sebagian besar masyarakat, maka program dianalisis penyebab kegagalan dan kemudian dikembangkan dan dimodifikasi. (Wirawan, 2011)

 

METODE

Metode penelitian ini menggunakan metode evaluasi program goal-based evaluation yang diterapkan pada program GLS. Subjek evaluasi program GLS adalah siswa yang ada di SMA Santa Maria 1 Bandung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2023.

Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan disesuaikan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

  1. Mengindetifikasi tujuan dilakukan dengan melakukan studi pustaka terkait tujuan nasional GLS.

Adapun tujuan umum GLS adalah Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Tujuan khusus GLS adalah sebagai berikut:

  1. Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah
  2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat
  3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan
  4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca

 

  1. Tujuan yang diperoleh dari tahap identifikasi dijabarkan menjadi indikator-

Tujuan utama evaluasi ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan program GLS di sekolah dan digunakan sebagai bahan evaluasi program secara menyeluruh dan digunakan sebagai bahan perbaikan kegiatan program GLS ke depan.

Indikator-indikator jabaran tujuannya adalah:

  1. Pengetahuan dasar terkait definisi GLS, keberadaan apakah program tersebut ada di sekolah responden, dan urgensi
  2. Implementasi terkait alokasi waktu yang disediakan sekolah, bahan bacaan, antusias, dan kondisi
  3. Kebutuhan dan saran terkait masukan program GLS
  1. Membuat Instrumen pengambilan data yang digunakan adalah angket.

Tabel 1. Angket Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

BAGIAN

PERTANYAAN

Bagian 1

IDENTITAS

1.      Identitas

a.       Nama

b.      Kelas

c.       Jenis kelamin

Bagian 2

PENGETAHUAN DASAR

1.      Apakah anda mengetahui gerakan literasi sekolah (GLS)?

a.       Ya

b.      Tidak

2.      Apaah di sekolah anda terdapat kegiatan yang membiasakan siswanya membaca?

a.       Ya

b.      tidak

3.      Menurut pendapat anda, perlukah membiasakan membaca di lingkungan sekolah?

a.       Ya

b.      Tidak

Bagian 3

IMPLEMENTASI

1.      Berapa menit alokasi waktu yang digunakan pada kegiatan membaca?

a.       Kurang dari 10 menit

b.      10 sampai 20 menit

c.       20 sampai 30 menit

d.      Lebih dari 30 menit

2.      Bahan bacaan yang sering kalian baca saat gerakan berlangsung adalah?

a.       Novel

b.      Majalah

c.       Koran

d.      Buku Pengetahuan Umum Selain Pelajaran

e.       lain-lain

3.      Saat kegiatan berlangsung, berapa banyak perkiraan jumlah halaman buku yang mampu kalian baca?

a.       Kurang dari 3

b.      3 sampai 5 halaman

c.       Lebih dari 5 halaman

4.      Apakah saya membaca saat kegiatan berlangsung?

a.       Ya

b.      Tidak

5.      Apakah kondisi sekolah kondusif “tidak bising” saat kegiatan berlangsung?

a.       Ya

b.      Tidak

6.      Saya akan menegur jika ada ada teman yang tidak membaca pada saat kegiatan literasi?

a.       Ya

b.      Tidak

7.      Menurut anda, setujukah kalian jika kegiatan membaca dilakukan menggunakan media HP atau laptop atau elektronik?

a.       Ya

b.      Tidak

Bagian 4

KEBUTUHAN DAN SARAN

1.      Perlukah kegiatan ini dilanjutkan di sekolah anda?

a.       Ya

b.      Tidak

2.      Tuliskan saran   terhadap   kegiatan   literasi   yang

diterapkan di sekolahmu untuk bahan perbaikan ke depan!

 

  1. Mengambil data. Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan google form, dan menyebarkannya melalui media sosial untuk memperoleh responden sebanyak-banyaknya. Batas minimum responden yang ditetapkan adalah minimal 200 siswa yang ada di sekolah.
  2. Menganalisis Tahapan ini dilakukan olah data sederhana dengan pendekatan analisis data deskriptif kuantitatif.
  3. Mengambil keputusan mengenai Pengambilan keputusan dilakukan setelah diperoleh kesimpulan dari analisa data angket atau kuisioner. Keputusan yang diambil dicocokkan dengan tujuan dari GLS dan penentuan terkait saran untuk kelanjutan program ataupun pemberhentian program.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada evaluasi ini adalah dengan menggunakan angket dengan bantuan google form. Analisa data dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan statistik sederhana dan penyajian data seperti diagram batang.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ringkasan Tanggapan Responden

Dari 218 responden yang mengisi form, diperoleh nilai prosentase responden sebagai berikut!

 

Sebaran jenis kelamin responden laki-laki 107 dan perempuan 111, sebagai berikut:

 

Gambar 1. Sebaran jenis kelamin

 

Hasil Pengetahuan Dasar GLSpain

Gambar 2. Diagram lingkaran Pengetahuan tentang GLS

Berdasarkan gambar 2, terkait pengetahuan dasar GLS, sebagian besar responden mengetahui GLS. Prossentase responden yang mengetahui GLS sebesar 85.8 % dan sisanya 14.2% tidak mengetahui gerakan literasi sekolah atau GLS.

Gambar 3. Diagram lingkaran terlaksana kegiatan GLS

Pada gambar 3, 100% responden menyatakan terdapat aktivitas  membiasakan membaca di lingkungan sekolahnya. Prosentase ini lebih besar dari  prosentase pengetahuan dasar GLS yaitu 85.8%, hal ini mengindikasikan bahwa ada responden yang belum mengetahui GLS namun di sekolahnya sudah dilaksanakan kegiatan membaca yang merupakan implementasi dari GLS.

 

Gambar 4. Pendapat responden tentang membiasakan membaca

 

Pada gambar 4, terlihat bahwa sebesar 98.7% mengatakan perlu membiasakan membaca dilingkungan sekolah.

 

Hasil Implementasi GLS

 

Berdasarkan gambar 5, diketahui  bahwa alokasi waktu yang sekolah alokasikan dalam kegiatan membaca ini adalah sekitar 10-20 menit dengan prosentase 64.7% . Hal ini sesuai dengan arahan dari pemerintah pusat terkait alokasi membaca 25 menit sebelum

pembelajaran.

Gambar 5. Alokasi waktu

Bahan bacaan novel masih menjadi pilihan utama responden dalam mengisi kegiatan GLS yaitu sebesar 65.1%, diikuti oleh pengetahua umum dan lain- lain.

Gambar 6. Jenis bacaan

Gambar 7. Perkiraan jumlah halaman

Dari gambar 7, diketahui bahwa dalam alokasi waktu antara 10-20menit, responden rata-rata membaca 3 sampai  5 halaman. Jika dibuat rata-rata, untuk 15 menit alokasi dan responden membaca maksimal 5 halaman, hal ini berarti bahwa dalam 1 halaman responden membutuhkan waktu 3  menit. Alokasi waktu 3 menit setiap halaman masih menunjukkan bahwa pembiasaan membaca perlu ditingkatkan lagi. Ini merupakan suatu temuan untuk penelitian lebih lanjut.

Gambar 8. Kesungguhan diri dalam menerapkan GLS

Dari gambar 8, siswa secara umum  membaca dalam pembiasaan membaca 15 menit di sekolah sebelum pembelajaran. ini juga merupakan suatu temuan baru untuk penelitian lebih lanjut  terkait kesungguhan responden dalam  membaca.

Gambar 9. Kondisi sekolah

Berdasarkan gambar 9, kondisi sekolah dalam melaksanakan kegiatan GLS  83.5% mengatakan kondusif untuk memaksimalkan penyelenggaraan GLS.

Gambar 10. Respeksibeliti responden  terhadap pelaksanaan GLS

Berdasarkan gambar 10, tingkat respeksibilitas responden dalam implementasi belum tergolong tinggi. Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui kepedulian responden terhadap pelaksanaan program GLS. Hasil ini mengindikasikan bahwa kepedulian terhadap pelaksanaan GLS belum tergolong tinggi.

Gambar 11. Urgensi media membaca

Dari gambar 11, 19.7% responden tidak setuju dengan media elektronik sebagai  media membaca saat kegiatan GLS berlangsung. Beberapa alasan diantaranya, dengan membaca melalui media elektronik tidak membuat siswa fokus dalam membaca, menyalahgunakan dengan kesempatan membuka media sosial, dan respon paling banyak adalah banyaknya berita hoax yang tidak bisa disaring oleh siswa.

                                                                                  

Hasil Kebutuhan dan Saran GLS

Gambar 12. Urgensi kegiatan

Gambar 12, menjelaskan bahwa urgensi kegiatan GLS sangat penting dilanjutkan. Semua responden sepakat untuk tetap melanjutkan kegiatan GLS. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan di atas, dapat disimpulkan  bahwa kegiatan GLS sudah sesuai dengan tujuan GLS nasional. Tujuan pertama yaitu menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah, hal ini sudah terlaksana dengan baik. Tujuan kedua yaitu meningkatkan kapasitas siswa sekolah agar literat. Tujuan ketiga terkait dengan menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar siswa mampu mengelola pengetahuan juga sudah terlaksana. Sebesar 83.5% responden mengatakan bahwa lingkungan sekolah sebagai tempat penyelenggaraan GLS sangat  kondusif, hal ini juga mengindikasikan bahwa lingkunagn sekolah merupakan tempat belajar yang menyenangkan. Tujuan keempat yaitu menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. Hal ini tergambar pada hasil pertanyaan terkait keberlanjutan dan saran. 94.5% responden mengatakan bahwa program ini sangat baik, maka perlu dilanjutkan. Beberapa saran menyebutkan bahwa, sekolah perlu memperbanyak jenis buku bacaan untuk menunjang GLS, membuat variasi kegiatan literasi lain yang bisa lebih memotivasi dalam kegiatan GLS dan memberi peluang siswa untuk membaca melalui media elektronik. Maka, secara keseluruhan gerakan GLS di sekolah responden sudah berjalan sesuai dengan  tujuan GLS secara Nasional.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian, keterlaksanaan program GLS di sekolah sudah berjalan dengan baik, namun perlu beberapa perbaikan pada saat penerapannya. Perbaikan yang disarankan oleh responden kepada stakeholder diantaranya adalah pendisiplinan pelaksanaan, alokasi waktu ditambah, perlunya penambahan buku- buku koleksi terbaru untuk menunjang program GLS. Secara keseluruhan program sudah berjalan di berbagai sekolah, sehingga program ini perlu dilanjutkan untuk mencapai tujuan-tujuan GLS nasional.

Pendekatan evaluasi goal-based oriented bisa dilakukan untuk melakukan evaluasi program GLS yang disesuaikan dengan tujuan GLS nasional yang hendak di apai. Saran yang perlu peneliti sampaikan untuk peneliti selanjutnya adalahperlunya penelitian terkait implementasi GLS pada suatu sekolah dengan menggunakan evaluasi program lainnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Brinkerhoff, R.O., et.al, (1983). Program evaluation: A practitioner‟s guide for trainers and educators. Western Michigan: Kluwer-Nijhoff.

Darodjat   &    Wahyudhiana.    (2015).    Model    Evaluasi    Program    Pendidikan.

ISLAMADINA, XIV (1). 1-28.

Dirjendikdasmen. (2015). Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah. Kemendikbud

Dirjendikdasmen. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Kemendikbud

Faizah, et. al. (2016). Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikmen Kementrian Pendidikan.

OECD. (2018). PISA 2018 Results COMBINED EXECUTIVE SUMMARIES VOLUME I, II & III. Paris : OECD Publishing.

Simpul. (2017).   Nawacita   (Sembilan   Program   Perubahan   Untuk   Indonesia).

Bappenas: Simpul Perencana Vol. 29.

Wirawan. (2011). Evaluasi Teori Model Standar Aplikasi dan Profesi, Contoh Aplikasi Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, dan Buku Tes. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Leave a comment